Penulis Artikel : Bambang Abdul Aziz
Nara Sumber
: Bpk. Guntur Subagja Mahardika dan
bpk. Herri Setiawan (tentang kewirausahaan) dalam acara Propeka STEI SEBI
PELUANG BESAR PERBANKAN SYARI’AH
Indonesia pada tahun 1997-1998 mengalami krisis moneter yang lumayan
sangat panjang dan paling parah. Dibandingkan Negara-negara di ASEAN yang sama
terkena imbas krisis moneter yang dimulai dari Negara Thailand. Dalam waktu
beberapa hari saja nilai tukar rupiah terhadap dollar pada saat itu anjlok
sampai tembus angka 15000 rupiah, padahal beberapa hari sebelumnya nilai tukar
rupiah terhadap dollar hanya 2500 rupiah.
Bisa dibayangkan bagaimana
parahnya kondisi perekonomian diindonesia pada saat itu. Harga-harga barang
maupun jasa naik beberapa kali lipat, termasuk harga-harga bahan pokok, dan
entah berapa banyak karyawan perusahaan diindonesia yang harus dikeluarkan dari
perusahaanya. Maka meletuslah berbagai aksi-aksi demo diseluruh penjuru
nusantara yang diwarnai aksi kekerasan, tidak sedikit peserta orasi yang jatuh
korban. Akhirnya presiden kedua Indonesia Soeharto bersedia mengundurkan
jabatannya sebagai presiden, dan digantikan posisi presiden kepada wakilnya BJ.
Habibie menjadi presiden ke tiga Indonesia. Sampai sekarang zamannya reformasi Indonesia
belum bisa membangun kembali perekonomiannya yang stabil walaupun katanya
pertembuhan perekonomian Indonesia
pertahun mencapai 6 %.
Dampak dari krisis moneter pada
saat itu justru tidak terlalu parah terjadi di Malaysia, dibandingkan dengan
Indonesia. Malaysia yang dari awal sudah menerapakan sistem perekonomiannya
berdasarkan syari’ah Islam atau khususnya perbankan mereka perbankan syari’ah
yang tidak menganut sistem suku bunga melainkan sistem bagi hasil. Berbeda
dengan Indonesia yang memakai sistem suku bunga pada sistem pinjaman modalnya,
ada banyak kasus seorang yang pinjam modal yang pada akhirnya bukan melunasi
hutangnya tapi melunasi suku bunganya yang membengkak. Dan hal itu sangat
berpengaruh besar bagi pertumbuhan perekonomian pasar.
Pada dasarnya sistem perbankan
syari’ah itu sudah diterapkan sejak lama oleh masyarakat tradisional Indonesia,
hanya saja kita tidak sadar bahwa sistem kerja kelompok dalam pertanian atau
perdagangan yang nantinya laba dari hasil kerja kelompok itu dibagi-bagi
menurut jenis pekerjaan dia dikelompok tersebut. Hal itu sudah termasuk sistem
perbankan syari’ah atau sering disebut sistem bagi hasil. Jadi sebenarnya
Sistem perbankan syariah itu sangat cocok sekali dengan masyarakat Indonesia,
karena pada dasarnya sistem bagi hasil sudah lama diterapkan oleh masyarakat
Indonesia.
Namun pandangan mayoritas
masyarakat Indonesia tentang perbankan syariah hanya sebatas bagian dari agama
tertentu saja yang hanya diterapkan oleh segilintir orang saja. Dan masih
banyak masyarakat Indonesia yang tidak mengetahui Perbankan ada yang
bersyari’ah Islam, kurangnya sosialisasi dan jangkauan informasi kepada mereka,
karena kondisi geografis, pendidikan, dan lain sebagainya. Ditambah sumber daya
manusia yang cakap perbankan syari’ah sangat minim sekali di Indonesia. Tidak
salah apabila lulusan ekonomi islam baik itu dalam bidang menejemen perbankan
atau akuntansi syariah banyak dibutuhkan mengingat kendala mendirikan
kantor-kantor dan jaringan-jaringan bank syari’ah didaerah-daerah nusantara
terkandala karena jarangnya sumber daya manusianya.
Saat ini aset bank syari’ah kita
ada 209 triliun rupiah, sebenarnya ini sangat sedikit sekali mengingat jumlah
bank syari’ah di Indonesia hanya berjumlah 4.5 % dibandingkan Malaysia yang
sudah mencapai 52 %. Kabar gembiranya dari tahun ketahun bank syariah pada saat
ini mulai di lirik oleh masyarakat. InsyaAlloh masa depan cerah menanti Ekonomi
Islam.
Pembicaraan
kedua dilanjutkan oleh bpk. Herri Setiawan, ada beberapa point penting yang
saya catat mengenai kewirausahaan :
1.
Jadilah
pengusaha kaya yang gemar berbagi
2.
Alasan
kita harus berwirausaha
a.
Lapangan
kerja yang terbatas
b.
Fleksibilitas
waktu
c.
Bebas
berkreasi
d.
Jaminan
penghasilan depan
e.
Dapat
diwariskan
3.
Secara
teori suatu Negara dikatakan maju jika minimal mempunyai pengusaha 2% dari
jumlah penduduk negaranya
4.
Formula
sukses = Gaya + Sukses
Pembahasan yang
sama

Tidak ada komentar:
Posting Komentar